Narsisme Dalam Diri Manusia


Narsisme Dalam Diri Manusia

Narsisme Dalam Diri Manusia
Narsisme Dalam Diri Manusia
Mengapa kita ada didunia ini?
Kita ada didunia untuk belajar dua hal : belajar mengurangi sifat ego dan belajar mencintai. Tampaknya kata itu cukup sederhana, namun butuh waktu lama dan kerja keras dalam menjalankannya.
Semakin kita mampu mengendalikan ego, kita semakin tidak mementingkan diri sendiri. Dan semakin mampu mencintai orang lain maka semakin dekatlah kita kepada sang pencipta.
Sesungguhnya inti dari pengembangan jati diri kemanusiaan adalah hilangnya sifat narsisme (membanggakan diri) dan egoitisme (mementingkan diri sendiri).
Manusia sejak lahir didunia memulai kehidupannya sebagai narsisme murni. Bagi seorang bayi yang baru lahir semua adalah tentang “aku”, semua “aku” dan jika tidak “aku” maka harus “aku”.
Saat bayi tumbuh dewasa, bibit-bibit sifat “aku” semakin bertambah efektif. Sayang, semua ini dianggap hal lumrah sebagai perkembangan manusia yang normal dan alami.
Bagi masyarakat saat ini atau bahkan diri kita sendiri nomor satu bukanlah tuhan. Nomor satu adalah ego (mementingkan diri sendiri). Kita selalu dibisiki ego jika hasrat dan kebutuhan adalah nomor satu. Tidak heran jika di era modern saat ini banyak kasus perceraian dan banyak kejahatan yang dilakukan berbagai kalangan mulai dari politisi, para banking dan kelas bawah.
Narsisme tumbuh pada jiwa Pramanusia. Munculnya seiring dengan tumbuhnya nalar dan intelegensi. Narsisme berkembang tanpa cinta dan kasih sayang. Sehingga membuat hati semakin tertutup, tidak bisa mencintai dan berempati kepada orang lain. Bagi sufi orang ini belumlah menjadi manusia seutuhnya, tidak peduli seberapa pandainya dia.



0 Response to "Narsisme Dalam Diri Manusia"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...