Politisasi Kesenian Ledhek Kethek (Topeng Monyet) Perspektif Kemanusiaan


Kemajuan yang pesat dalam segala bidang di zaman sekarang ini menimbulkan banyaknya tantangan dan kriteria untuk mendapat pekerjaan sehingga banyak orang dari latarbelakang kurang mampu dan berpendidikan rendah mulai mencari pekerjaan baru demi memenuhi tuntutan hidup keluarga. 

Salah satunya profesi sebagai pawang topeng monyet, yang kini bisa ditemui disekitar lampu merah atau walaupun sudah jarang masih ada juga yang berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya.

Politisasi Kesenian Ledhek Kethek (Topeng Monyet) Perspektif Kemanusiaan
kesenian topeng monyet atau ledhek kethek
Banyak dari masyarakat yang mengatakan bahwa hiburan tradisional ini sekarang hanya dijadikan kedok untuk mengemis, seperti yang diungkapkan salah satu advokasi dari kelompok pecinta hewan JAAN (Jakarta Animal Aid Network).

Namun tetap saja anggapan tersebut tidak terlalu digubris oleh para pawang dan pelatih topeng monyet ini, karena menurut mereka selama sistem untuk mencari pekerjaan masih sulit bagi golongan – golongan mereka, dan juga sistem pendidikan yang masih mahal sehingga terkadang membuat mereka banyak yang tidak melanjutkan pendidikannya maka profesi ini akan masih sangat diminati.

Baca Juga Kesenian Kuda Lumping (Jatilan) Perspektif Agama

Pelatihan Topeng Monyet

Pelatihan topeng monyet biasanya dilakukan ketika monyet berusia 2,5 - 3 tahun setelah dilahirkan. Mereka dipisahkan dari induknya untuk kemudian dibawa untuk dilatih agar bisa cakap dalam melakukan atraksi pementasan. Dari sinilah kemudian banyak memunculkan aksi protes ketidaksenangan atas hiburan ini.

faktor pelatihanlah yang sering dijadikan sebagai landasannya karena menurut mereka dalam pelatihan, monyet – monyet tersebut sering mendapatkan siksaan. Ya walaupun juga ada beberapa yang melatih dengan profesional dan baik, dan jika dalam pelatihan tersebut monyet masih sulit untuk bisa beradaptasi, monyet tersebut akan langsung dikembalikan ke habitatnya.

Politisasi Kesenian Ledhek Kethek (Topeng Monyet) Perspektif Kemanusiaan
Bentuk latihan topeng monyet yang tidak baik
Gambar diatas merupakan salah satu contoh bentuk pelatihan yang tidak baik dan mengandung kekerasan, biasanya dalam pelatihan monyet diikat leher, dan kedua tangannya serta digantung dengan keadaan terbalik. Memukul monyet sewaktu dilatih agar bisa berdiri tegak, bahkan tidak jarang sampai ada yang menendang monyet tersebut jika sulit dilatihnya.

Politisasi Kesenian Ledhek Kethek (Topeng Monyet) Perspektif Kemanusiaan
Atraksi yang dimaikan Topeng Monyet
Sang pawang ataupun pelatih biasanya melatih monyet - monyet mereka selama kurang lebih 6 sampai 8 bulan hingga ia dapat melakukan atraksi yang diinginkan. Lazimnya atraksi yang sering dibawakan, yaitu naik motor - motoran, menarik gerobak, membawa payung, atau menari mengikuti irama gendang dan gamelan kecil. Pawang maupun pelatih mengendalikan monyet dengan seutas rantai yang dililitkan di leher monyet.

So, bagaimanakah menurut anda?

2 Responses to "Politisasi Kesenian Ledhek Kethek (Topeng Monyet) Perspektif Kemanusiaan"

  1. miris melihat hewan sebagai makhluk diperlakukan seperti itu..

    ReplyDelete
  2. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...